Proposal PTK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF

( PTK pada siswa kelas VII SMP N 1 BULU )

 

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. A.  Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan dan tindakan yaitu menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran tersebut. Metode dalam pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Uno Hamzah, 2007:2).

Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Peran guru dalam mengajar sangat penting. Interaksi antara guru dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan disebabkan pada saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Matematika dapat membantu siswa berfikir ilmiah, logis dan kritis. Di samping itu, matematika merupakan pengetahuan dasar yang di perlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Matematika dipandang sebagai salah satu pelajaran yang sulit dan sangat menakutkan, sehingga berakibat prestasi belajar matematika siswa masih rendah.

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajarkan guru, mengemukakan gagasan/ mengeluarkan ide, menanggapi secara positif dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari  siswa dalam membangun pengetahuannya.

Rendahnya keaktifan siswa dalam belajar matematika juga dialami siswa SMP  Negeri 1 Bulu. Faktor yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar matematika di tempat tersebut adalah siswa kurang mampu melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar, walaupun ada satu dua orang yang aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa hanya pasif dalam mengikuti pelajaran karena guru cenderung monoton menguasai kelas sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide-idenya. Siswa kurang memberi respon yang positif terhadap matematika Siswa kurang rajin dalam mengerjakan latihan-latihan soal. Siswa takut bertanya kepada guru apabila kurang jelas atau tidak paham.

Sebagai konsekuensinya adalah titik berat proses belajar mengajar harus berpindah dari guru kepada siswa, ini menyangkut keaktifan siswa dalam belajar. Tugas guru dalam hal ini adalah menciptakan iklim dan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dan efesien. Kelemahan lain dari kondisi belajar mengajar yang dialami siswa selama ini adalah siswa di tempatkan sebagai peserta didik yang sifatnya pasif, sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa sulit dikembangkan yang pada akhirnya siswa kurang memperlihatkan keaktifan dalam proses balajar mengajar.

Oleh karena itu, dalam proses belajar matematika guru harus memperlihatkan agar siswa belajar aktif, gembira, mengerti serta aktif, efektif dan efesien, sebab belajar aktif dapat menyebakan ingatan mengenal pelajaran tahan lama dan pengetahuan meluas serta dapat menemukan prinsip-prinsip matematika untuk diri mereka sendiri.

Faktor tunggal yang sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, hendaknya guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran Metakognitif.

Strategi Pembelajaran Metakognitif adalah pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, megontrol, serta memonitor tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya (Suzana: 2004, B4-3)

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang penerapan strategi pembelajaran Metakognitif sebagai salah satu upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

  1. B.     Rumusan Masalah
    1. Apakah dengan pembelajaran Metakognitif dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika?
    2. Adakah pengaruh pembelajaran Metakognitif terhadap proses belajar matematika siswa?

 

  1. C.    Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan utama penelitian tindakan ini adalah menggunakan strategi pembelajaran Metakognitif dalam keaktifan belajar matematika. Secara lebih spesifik, tujuan penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut :

  1. Meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran Metakognitif.
  2. Mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Metakognitif  bagi siswa.

 

  1. D.    Manfaat Penelitian
    1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama pada peningkatan keaktifan belajar siswa dengan strategi pembelajaran Metakognitif.

  1. Manfaat Praktis
    1. Bagi guru

Temuan ini dapat digunakan sebagai pedoman empiris dalam menyiapkan berbagai strategi pembelajaran dalam upaya mengarahkan siswa untuk mencapai keaktifan belajar yang optimal.

  1. Bagi siswa

1).    Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika.

2).    Siswa lebih termotivasi dan berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.

3).    Dapat membantu siswa dalam belajar matematika sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.

 

  1. E.     Definisi Istilah
    1. Keaktifan siswa dalam belajar Matematika

Keaktifan siswa dalam belajar Matematika adalah dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajarkan guru, mengemukakan gagasan/ mengeluarkan ide, menanggapi secara positif dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari  siswa dalam membangun pengetahuannya.

  1. Pembelajaran Metakognitif

Pembelajaran Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.

Ada tiga strategi pembelajaran metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:

  1. Tahap proses sadar belajar
  2. Tahap merencanakan belajar
  3. Tahap monitoring dan refleksi belajar

 

BAB II

LANDASAN TEORI

  1. A.    Kajian Teori
  2. Keaktifan Siswa Belajar Matematika
    1. Hakikat Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting sebagai pengantar ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang dibahas dalam filosofi matematika.

Menurut Tinggih (dalam Hudojo, 2005) matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723).

Dengan beberapa pengertian Matematika diatas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bilangan-bilangan, unsur ruang dan pola hubungan yang ada didalamnya dengan operasional sebagai penyelesaian masalahnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

  1. Konsep Belajar

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan yang lebih baik/ belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Perubahan dimaksud baik berupa fisik maupun psikis meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan dapat terjadi sebagai akibat dari latihan maupun pengalaman.

Belajar adalah satu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam  interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

Menurut Moh. Surya dalam Sudrajat (2010: 1) memaparkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Dari pengertian – pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan/ aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan karena suatu usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

  1. Konsep Keaktifan

Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan. Berasal dari kata aktif yang artinya bekerja, berusaha. Keaktifan yang dimaksud adalah kektifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, mengerjakan soal-soal latihan dalam proses pembelajaran.

Hermawan (2007: 83) keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Rochman Nata Wijaya dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan keaktifan belajar siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut sistem pembelajaran dalam dewasa ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengeluarkan gagasan/ide mereka untuk memecahkan suatu permasalahan guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

  1. Konsep Keaktifan Belajar Matematika

Sudjana (2001: 61) mengatakan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar matematika dalam berfikir maupun bertindak. Dengan aktifitas  belajar yang menyenangkan, kemungkinan pelajaran matematika tidak akan membosankan dan siswa akan lebih memperhatikan  dan bersemangat untuk merespon pelajaran tersebut, misalnya siswa berani bertanya, mengerjakan tugas kedepan kelas, mengeluarkan ide/ pendapat, dan sebagainya.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika memiliki manfaat tertentu antara lain: 1) siswa dapat lebih belajar aktif, 2) siswa dapat mengeluarkan gagasan atau ide yang dimilikinya, 3) siswa lebih bersemangat/ termotivasi untuk mengikuti proses kegiatan pembelajaran, 4) siswa dapat memecahkan masalah/persoalan tentang pelajaran matemtika yang dihadapi, 5) dapt meningatkan hasil belajar siswa.

  1. Strategi Pembelajaran Metakognitif
    1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa serta terdapat timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu agar dapat lebih baik.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 157) pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses timbal balik yang berlangsung antara guru dengan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mencapai tujuan tertentu agar lebih baik.

  1. Konsep Strategi Pembelajaran Metakognitif

Strategi Pembelajaran Metakognitif adalah pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, mengontrol, serta memonitor tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya (Suzana: 2004, B4-3).

Proses Metakognitif dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu:

  1. Merancang kegiatan belajar

Pada kegiatan belajar mengajar belangsung sebaiknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampikan gagasannya setelah kegiatan belajar mengajar selesai guru perlu mengadakan evaluasi dari kegiatan tersebut.

  1. Mengidentifikasi ide utama

Mengidentifikasi adalah suatu teknik penting untuk menjelaskan gagasan/ ide yang akan disampaikan. Perilaku siswa dapat menimbulkan gagasan/ ide yang siswa dapatkan sebelum, sewaktu, dan setelah siswa membaca, mendengar dan melihat sesuatu.

  1. Strategi pemecahan masalah

Guru berdiskusi dengan siswa tentang strategi pemecahan masalah yang akan dipilih agar persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan strategi yang tepat.

  1. Menilai berdasar berbagai kriteria

Metakognitif dikembangkan dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat refleksi dan mengkategorikan tindakan mereka berdasarkan dua atau lebih kriteria penilaian.

  1. Membangkitkan gagasan siswa

Guru dapat membantu siswa dalam metakognisi dengan memparafrasa pernyataan yang kemukakan oleh siswa. Melalui cara ini siswa dibimbing agar dapat menyampaikan gagasan/ ide yang mereka punya lebih mendalam.

Strategi pembelajaran Metakognitif juga mempunyai kelebihan, antara lain:

1)      Siswa dapat belajar aktif, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajarkan guru, dapat mengemukakan gagasan/ mengeluarkan ide, menanggapi secara positif dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2)      Siswa dapat belajar dengan hati yang gembira dan tidak tertekan sehingga proses belajar mengajar bisa lebih menyenangkan.

3)      Dapat mengubah cara belajar siswa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  1. Penerapan Strategi Pembelajaran Metakogntif  Pada Pembelajaran Matematika Materi Statistika yaitu ukuran pemusatan data.

Langkah-langkah strategi pembelajaran Metakognitif pada materi statistika pada ukuran pemusatan data:

1)      Siswa membahas materi tentang  Mean, Median dan Modus pada data tunggal.

a)      Pengertian Mean, Median dan Modus

Mean (rata-rata) yaitu jumlah jumlah seluruh data dibagi oleh banyak datum.

Median yaitu nilai tengah dari data yang telah diurutkan dari datum terkecil ke datum terbesar.

Modus yaitu datum yang sering muncul.

b)      Rumus

Mean :

Median :       jika data ganjil =

Jika data genap =

Contoh :

a. Mean :      Jika diketahui nilai rapor Lina 8, 7, 7, 9, 8, 6, 7, 8, 9, 6,

7.

Tentukan mean (rata-ratanya) ?

  1. Median : Tentukan median dari bilangan-bilangan berikut: 6, 4, 8,

9, 3, 8, 5, 9, 7.

  1. Modus :   Jika dipunyai data 45,  48, 50, 55, 53, 54, 50, 49.

c)      Penyelesaian mean, median, modus, dapat diselesaikan dengan metode dibawah:

  1. Mean

Dengan menggunakan rumus

Jadi mean (rata-rata) nilai rapor Lina adalah 7, 45

  1. Median

Urutkan dahulu data tersebut dari datum terkecil ke datum

terbesar sehingga diperoleh data berikut

3 4 5 6 7 8 8 9 9

dengan menggunakan rumus

Jadi mediannya adalah datum ke 5 setelah data tersebut diurutkan

yaitu 7

  1. Modus

Datum yang paling sering muncul adalah 50 yaitu sebanyak dua kali. Jadi modusnya adalah 50.

2)      Siswa mengidentifikasi ide utama yaitu  menjelaskan gagasan/ ide yang akan disampaikan.

3)      Guru dan siswa menentukan strategi pemecahan masalah yang tepat untuk dipilih.

4)      Siswa diberi kesempatan untuk membuat refleksi tentang materi yang mereka bahas dan mengkategorikan tindakan mereka berdasarkan dua atau lebih kriteria penilaian.

5)      Siswa dibimbing agar dapat menyampaikan gagasan/ ide yang mereka punya lebih mendalam.

  1. B.     Kajian Pustaka

Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni, akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Oleh karena itu dirasa perlu mengenali penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Hasil penelitian dari Dewi Noviawati (2009) berjudul “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Make A Math menyimpulkan bahwa: Keberanian siswa dalam mengerjakan soal didepan kelas mencapai 72,5%, dalam mengemukakan pendapat mencapai 60%, dalam mengajukan pertanyaan mencapai 65% dan dalam menjalin kerjasama kelompok mencapai 70%.

Asep Tunjung Mardana (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan SAVI” menyimpulkan bahwa: keberanian siswa dalam bertanya mencapai 50%, dalam menjawab pertanyaan mencapai 52,63% dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat mencapai 44,73%.

Nurul Waqidatun (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil belajar dalam upaya peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara perbaikan pembelajaran melalui pendekatan Take and Give.

Sony Prihantono (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa melalui strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dimana pada dasarnya adalah meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

Dari beberapa penelitian-penelitian di atas dapat diuraikan secara singkat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 2. 1. Tabel Perbedaan Variabel Penelitian

No

Peneliti

Variabel

X1

X2

X3

X4

X5

X6

1.

Asep Tunjung Mardina

Ö

Ö

2

Dewi Noviawati

Ö

Ö

3.

Nurul Waqidatun

Ö

4.

Sony Prihantono

Ö

5

Peneliti

Ö

Ö

Keterangan:

X1 : pendekatan make a match

X2 : pendekatan SAVI

X3 : strategi Think-Talk-Write

X4 : pendekatan Take and Give

X5 : strategi Metakognitif

X6 : keaktifan

  1. C.    Kerangka Berfikir

               Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapatlah disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul. Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas dengan strategi pembelajaran yang tepat yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya. Dalam setiap tindakan, peneliti akan mengamati keaktifan belajar siswa di dalam pembelajaran matematika.

Pada kondisi awal siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bulu mempunyai keaktifan  belajar matematika yang rendah. Dari hasil observasi diperoleh hasil: 1) Siswa tidak ada yang bertanya tentang ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya, 2) Kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, 3) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas, 4) Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal tersebut dikarenakan guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar matematika.

Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran metakognitif. Prosedur pembelajaran metakognitif adalah 1) siswa membahas materi tentang pelajaran yang telah ditentukan 2) siswa mengidentifikasi ide utama dengan menjelaskan gagasan/ ide yang akan disampaikan 3) guru dan siswa menentukan strategi pemecahan masalah yang akan digunakan 4) siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi 5) siwa dibimbing agar dapat menyampaikan gagasan/ ide lebih mendalam.

Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran metakognitif dalam proses belajar mengajar adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika, sehingga siswa akan memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih kurang, bisa dilihat dari beberapa aspek berikut:

(1)   Siswa tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya

(2)   kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan

(3)   kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas

Berdasarkan uraian diatas, kerangka berfikir penelitian ini dapat di ilustrasikan pada gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Tindakan Tindakan

Meningkatnya keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika

Guru menyampaikan pelajaran dengan cara lebih mengaktifkan siswa melalui strategi pembelajaran metakognitif:

Kondisi Akhir

Kondisi Awal

  1. D.     Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Melalui strategi pembelajaran metakognitif dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bulu”.

 

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. A.    Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) mengumpulkan data (observasi), d) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (refleksi). (Arikunto, 2007:20)

Penelitian Tindakan Kelas ditandai dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga tercapainya sasaran dai penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.

  1. B.     Tempat dan Waktu Penelitian
    1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam belajar matematika melalui strategi pembelajaran Metakognitif adalah SMP N 1 Bulu.

  1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai September 2011. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut:

  1. Tahap Persiapan: minggu ke III bulan Mei sampai minggu ke III bulan Juni 2011
  2. Tahap Pelaksanaan: minggu ke IV bulan Juni sampai minggu ke II bulan Juli 2011
  3. Tahap Analisis Data: minggu ke III bulan Juli sampai minggu ke II bulan Agustus 2011
  4. Tahap Pelaporan minggu ke III bulan Agustus sampai minggu ke II bulan September 2011.
  1. C.    Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, guru matematika dan peneliti bertindak sebagai subjek yang memberikn tindakan. Sedangkan objek peneliti yang menerima tindakan kelas adalah siswa kelas VII semester genap. Peneliti dibantu mitra guru matematika sebagai observer.

 

  1. D.    Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif yaitu penelitian yang bersifat praktis, situsional, kondisional dan kontekstual berdasarkan masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Peneliti bersama mitra guru matematika berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga memungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Mitra guru matematika didalam penelitian ini dilibatkan sejak: 1) dilog awal, 2) perencanaan tindkan, 3) pelaksanaan tindakan, 4) observasi, 5) refleksi, 6) evaluasi, dan 7) penyimpulan. Langkah-langkah penelitian dapat diilustrasikan pada gambar 3.1

Dialog awal

Tindakan I

Perencanaan I

Observasi Tindakan I

Putaran I

Evaluasi

Refleksi I

Pengertian dan Pemahaman

Perencanaan Terevisi

Tindakan II

Putaran II

Observasi tindakan II

Refleksi II

Evaluasi

Pengertian dan Pemahaman

Seterusnya sesuai alokasi Waktu tahapan yang direncanakan

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian

  1. Dialog Awal

Dialog awal merupakan sebagai upaya merekam segala peristiwa untuk mendiagnosa permasalahan guna menentukan fokus penelitian, selain itu bertujuan untuk menentukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian-kajian teori yang ada.

Dialog memberikan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan untuk memecahkan masalah peningkatan keaktifan belajar matematika melalui strategi pembelajaran Metakognitif.

  1. Perencanaan Tindakan Kelas

Hasil dari dialog awal yang telah diputuskan dan disepakati bersama diharapkan membawa kesadaran pentingnya peningkatan keaktifan belajar siswa di SMP Negeri I Bulu, selanjutnya disusun langkah-langkah persiapan tindakan pembelajaran yang terdiri:

  1. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika

Setiap guru pasti mempunyai permasalahan sendiri dalam pembelajaran, maka lebih baik guru mengajukan masalah kemudian peneliti membantu mencari solusi masalah itu atau peneliti mengamati guru dalam kegiatan pembelajaran melakukan suatu kesalahan kemudian memberikan masukan.

  1. Identifikasi masalah dan penyebabnya

Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningktkan keaktifan siswa dalam pembelajaran mtematika. Tindakan ini  ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain:

1)      Diskusi antara peneliti dengan guru kelas VII

Diskusi ini dilakukan untuk membahas batasan-batasan masalah yang terjadi pada siswa kelas VII SMP N 1 BULU.

2)      Tes awal yang diberikan sebelum dilakukan tindakan kelas.

Tes yang digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi masalah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

  1. Perencanaan solusi masalah

Tindakan dikembangkan berdasarkan akar penyebab masalah yaitu menerapkan pelaksanaan tindakan pembelajaran matematika yang tepat. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah adalah dengan strategi pembelajaran Metakognitif.

  1. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti akan diobservasi. Guru menjadi mitra atau action research. Karena peneliti berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar sehingga yang akan tampil sebagai aktor utama dalam implementasi tindakan adalah peneliti.

Dalam pelaksanaan pengajaran dikelas lebih mengarah pada substansi yang menjadi permasalahan pokok untuk meningkatkan keaktifan siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, mengerjakan soal didepan kelas atau tidak didepan kelas.

  1. Observasi dan Monitoring

Observasi dan Monitoring adalah upaya merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan itu berlangsung. Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek fungsional, melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis.

Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan, meliputi aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, media, metode dan tindakan yang dilakukan oleh guru, tingkah laku siswa serta kekurangan dan kelebihan yang ditemukan. Observasi ini dilaksanakan selama tindakan kelas diberikan.

  1. Refleksi

Refleksi adalah mengingat kembali suatu tindakan seperti yang telah dicatat oleh observer. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti dan guru matematika unuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog untuk menangani masalah yang muncul.

  1. Evaluasi

Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan, observasi dan refleksi pada setiap tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika setelah dilaksanakan serangkaian tindakan.

Tahap ini merupakan proses penyederhanaan, memfokuskan dan mengorganisasikan data secara sistematis untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian. Kegiatan ini dilakukan setiap tindakan dilaksanakan.

  1. Penyimpulan

Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

 

  1. E.     Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang dibedakan menjadi dua. Metode yang digunakan yaitu metode pokok dan metode bantu.

  1. Metode pokok
    1. Metode observasi

Menurut Supardi dalam Arikunto (2008:127) observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambiln data)  untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi sebagai salah satu tehnik untuk mengamati secara langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati terhadap fenomena dalam pembelajaran kelas.

Kegiatan observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perilaku tindak belajar matematika siswa yaitu peningkaan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

  1. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa dalam belajar matematika.

  1. Metode Bantu
    1. Catatan lapangan

Dalam hal ini, catatan lapangan yang digunakan adalah catatan pengalaman terhadap peristiwa-peristiwa penting yang memuat ada saat proses pembelajaran matematika yang belum terdapat dalam observasi. Kegiatan catatan pengamatan ini dilakukan peneliti dan guru matematika.

  1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa serta foto rekaman proses tindakan penelitian.

  1. F.     Instrumen Penelitian
  2. Pengembangan Instrumen

Instrumen dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru matematika dengan menjaga validitas ini. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi menggunakan suatu pedoman yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu observasi tindakan mengajar, observasi tindakan belajar yang bekaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, dan keterngan tambahan yang berkaitan dengan tindakan mengajar maupun tindakan belajar belum tercapai.

  1. Validitas Isi Instrumen

Instrumen penelitian tindakan kelas ini disusun untuk mengukur peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, isnya dibuat berdasarkan perilaku siswa dan mata pelajaran yang berkaitan dengan diberikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Menurut Arikunto ( 2007: 67) suatu instrumen dikatakan memiliki validitas ini jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi dan isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.

  1. G.    Teknik Analisi Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Dilakukan dengan metode alur. Menurut Milles dan Huberman ( Sutama, 2003: 14) teknik ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan yang reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian. Pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertlus lapangan. Kegiatan ini dilakukan dalam setiap tindakan dilaksanakan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarika kesimpulan dilaksanakan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian langkah analisis data kualitatif dalam penelitian tindakan dilaksanakan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan.

 

  1. H.    Keabsahan Data

Data dalam penelitian ini disahkan melalui tehnik triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 256) triangulasi dialakukan dengan cara triangulasi tehnik dan sumber data.

Triangulasi sumber, diterapkan dengan mengambil data dari beberapa sumber, dalam penelitian ini sumber datanya adalah siswa, guru, dan kepala sekolah SMP Negeri 1 Bulu. Triangulasi tehnik dilakukan dengan menanyakan hal yang sama dengan tehnik berbeda yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sugiyono, 2008: 209).

Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

Miler dan Huberman. 2003. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Unversitas Karya Indonesia

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: rineka cipta

Abdurahman mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: rineka cipta

Leave a comment