Archive for January 10, 2012

Makalah Kemuhammadiyahan

LAPORAN HASIL OBSERVASI  ‘AISYIYAH CABANG WERU KABUPATEN SUKOHARJO

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum wr.wb

Puji syukur alhamdullilah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan untuk memenuhi tugas kemuhammadiyahan untuk melakukan wawancara ke  AISIYAH cabang Weru. Dalam menyelesaikan tugas ini kami membutuhkan bimbingan dari dosen terkait sehingga tugas laporan ini dapat selesai. ‘Aisyiyah yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah cabang Weru kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini kami lakukan dengan metode wawancara dan observasi langsung ke diaman ketua ‘Aisyiyah dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah pendanaan disetiap kegiatan di ‘Aisyiyah. Untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu:

  1. Wasi’ul Mu’arif selaku dosen pengampu mata kuliah Kemuhammadiyahan yang telah senantiasa membimbing kami dalam melakukan penelitian maupun penyelesaian penelitian.
  2. Pihak ‘Aisyiyah yang telah memberi izin untuk melakukan observasi di ‘Aisyiyah tersebut.
  3. Orang tua dan teman-teman yang selalu mendukung untuk kuliah kami serta mendukung dan senantiasa mendoakan.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan ini. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan observasi ini. Semoga laporan observasi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga untuk semua pihak. Serta tak lupa kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Wassalamu‘alaikum wr.wb.

 

Sukoharjo, Desember 2009

                                                                                                                      Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang Masalah

Sejak mendirikan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap wanita. Untuk pertama anak-anak wanita yang benar-benar mendapat pengemblengan dan dipersiapkan supaya nanti dapat dijadikan pengurus dalam wanitanya Muhammadiyah, ada enam orang, yaitu :
1. Siti Bariyah
2. Siti Dawimah
3. Siti Dalalah
4. Siti Busyro (puteri beliau sendiri)
5. Siti Wadingah
6. Siti Badilah Zuber

Meskipun mereka masih anak-anak yang paling tinggi usianya baru 15 tahun tetapi mereka sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan.
Sebelum `Aisyiyah secara kongkret terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul kemudian diberi bimbingan oleh KH.Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Kelompok anak-anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi pengajian.

Disamping para gadis, orang-orang wanita yang sudah tuapun menjadi perhatian beliau. Karena ajaran dalam agama Islam tidak diperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Nyai Dahlan bersama-sama KH Ahmad Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri dari para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.

Dalam perkembangannya kelompok pengajian wanita itu diberi nama SAPA TRESNA. Sapa Tresna ini belum berupa organisasi, tetapi hanya suatu gerakan pengajian saja. Maka untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, KH Mokhtar mengadakan pertemuan dengan KH Ahmad Dahlan yang juga dihadiri oleh KH Fachruddin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan.

Waktu memberikan nama perkumpulan itu diusulkan nama FATIMAH, tetapi nama itu tidak diterima rapat. Kemudian oleh KH Fahrodin dicetuskan nama `AISYIYAH. Rupa-rupanya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita baru itu. Mengapa nama Aisyiyah itu dipandang tepat, karena diharapkan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan `Aisyah isteri Nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah. Setelah secara aklamasi perkumpulan itu diberi nama `Aisyiyah, kemudian diadakan upacara peresmian.

Upacara peresmian itu waktunya bersama-sama dengan peringatan isro` mi`roj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 M yang diadakan oleh Muhammadiyah untuk yang pertama kalinya. Tempat duduk murid-murid yang wanita dan kaum ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Adapun yang bertindak sebagai pembuka kelambu pada upacara itu ialah KH Mokhtar.

Setelah pengurus `Aisyiyah secara resmi terbentuk. KH Ahmad Dahlan memberikan bekal perjuangan sebagai berikut :

  1. Dengan keiklasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan kecakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.
  2. Penuh keinsyafan bahwa beramal itu harus berilmu
  3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan
  4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam
  5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan
  1. B.     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

  1. Apa tujuan dan peran ’Aisyiyah?
  2. Permasalahan apakah yang dihadapi organisasi ‘Aisyiyah ranting Weru?
  3. Kegiatan-kegiatan apa sajakah yang ada diorganisasi ‘Aisyiyah ranting Weru?
  4. Bagaimana cara mengatasi permasalahan-permasalahan dihadapi organisasi ‘Aisyiyah ranting Weru?

 

  1. C.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
    1. Tujuan masalah

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada diorganisasi ‘Aisyiyah ranting Weru.

  1. Manfaat Penelitian
    1. Secara teoritis

Menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang ilmu  agama islam, khususnya pada ‘Aisyiyah.

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.    Tujuan dan peran ‘Aisyiyah

‘Aisyiyah adalah organissi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang bergerak di kalangan wanita, dan merupakan gerakan Islam dan amar ma’ruf nahi mungkar, berakidahkan Islam dan bersumber Al-Qur’an dan Sunnah.

Tujuan didirikannya organisasi ini adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

  1. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita menurut ajaran Islam.
  2. Membimbing kaum wanita kearah kesadaran beragama dan berorganisasi.
  3. Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara.
  4. Memperteguh iman, menggembirakan, dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlak.
  5. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta amr ma’rufnahi mungkar.
  6. Memajukan dan meningkatkan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, serta memperluas ilmu pengetahuan menurut ajaran agama Islam.
  7. Menggerakkan dan menghidupsuburkan amal tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan.
  8. Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
  9. Mendirikan, memakmurkan, dan memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.
  1. B.     Permasalahan ‘Aisyiyah
    1. 1.         Permasalahan Interen

Pada permasalahan interen (permasalahan didalam) cabang Sukoharjo ada satu permasalahan yaitu pada pengurus organisasi ‘Aisyiyah.

Di Sukoharjo ada 13 ranting yaitu :

  1. Ranting Weru
  2. Ranting Karaan
  3. Ranting Karang Huni
  4. Ranting Grogol
  5. Ranting Tegal Sari
  6. Ranting Kerajan
  7. Ranting Jati Ngaran
  8. Ranting Karang Ayar
  9. Ranting Alas Ombo
  10. Ranting Karang Wojo
  11. Ranting Tawang Ngreco
  12. Ranting Tegal

Pada pengurus ‘Aisyiyah secabang Weru setiap hari Jum’at  Legi mengadakan pertemuan dan membahas semua permasalahan pada ‘Aisyiyah. Pertemuannya tidak hanya di ranting Weru saja, tetapi setiap ada pertemuan selalu berpindah-pindah tidak hanya di satu tempat saja.

Pada pertemuan tersebut selalu hadir para pimpinan cabang ‘Aisyiyah dan masing-masing anggota tiap ranting Sukoharjo. Alhamdulillah para pengurus ‘Aisyiyah di Sukoharjo dapat berkumpul dan pengurus-pengurusnya dapat berjalan dengan baik, tidak ada kendala-kendala yang dihadapi pada permasalahan pengurus ‘Aisyiyah.

Adapun struktur pimpinan daerah ‘Aisyiyah Weru Kabupaten Sukoharjo periode 2010 – 2011 :

Ketua                                                                 : Dra. Hj. Triyatmi

Wakil ketua                                                       : Dra. Listyokasmi

Sekretaris                                                           : Siti Muslihah, S.Agl

Wakil sekretaris                                                 : Hj. Warsini, S.Pd

Bendahara                                                         : Purwanti, S.Pd

Wakil bendahara                                                : Surati, S.Pd

Ketua Badan Pembantu Pimpinan (BPP) :

  1. Majelis Tabligh                                                         : Harsini
  2. Majelis Pendidikan                                                   : Dra. Sri Haryuni
  3. Majelis Ekonomi                                                       : Hj. Suharni
  4. Majelis Kesejahteraan Sosial                                    : Siti Munawaroh
  5. Majelis Kesehatan Dan Lingkungan Hidup             : Haryani, Am Keb
  6. Majelis Kader                                                           : Dra. Purwaningsih
  7. Majelis Hukum dan HAM                                        : Hj. Endarsih, SH
  8. Majelis Penelitian Dan Pengembangan                     : Sri Lestari

Dari delapan lembaga dan majelis penulis memilih majelis tarjih dan tajdid sebagai pembahasan dalam laporan observasi pimpinan daerah ‘Aisyiyah kab. Sukoharjo.

Adapun organisasi ‘Aisyiyah yang perlu di bahas atau dibicarakan yaitu sebagai berikut :

  1. Program Kerja

Program kerja adalh upaya atau perwujudan dari usaha pimpinan dan seluruh anggota, serta amal usaha persyarikatan ‘Aisyiyah untuk mencapai maksud dan tujuan ‘Aisyiyah. Program kerja juga merupakan langkah-langkah terencana dalam merealisasikan ‘Aisyiyah sebagai Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalam rangka pelaksanaan program untuk mencapai maksud dan tujuan pertsyarikatan, maka melalui upaya, program, dan kegiatan yang macam-macam yang senantiasa berhadapan dengan masalah-masalah, tuntutan-tuntutan, tantangan-tantangan harus selalu beristiqomah dan bersungguh-sungguh. Oleh karena itu program kerja persyarikatan merupakan kunci strategis Gerakan ‘Aisyiyah dalam menghadapi dan menjawab segala tuntutan yang berkembang.

  1. Landasan Pijakan Program

Garis besar program persyarikatan untuk jangka lima tahun ke depan secara langsung dan kreatif mengacu pada nilai-nilai dasar yang dijadikan Landasan Keberadaan ‘Aisyiyah, yaitu:

1)      Al-Qur’an dan Sunnah Al-Maqbullah

2)      Nilai-Nilai Dasar Persyarikatan:

a)      Muqadimah Anggran Dasar ‘Aisyiyah

b)      Kepribadian ‘Aisyiyah

c)      Khittah Perjuangan ‘Aisyiyah

d)     Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup ‘Aisyiyah

e)      Pedoman Hidup Islami Warga ‘Aisyiyah

3)      Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah

4)      Peraturan-peraturan Organisasi

  1. Prinsip-Prinsip Penyusunan Program

Program kerja ini dirumuskan dan dilaksankan dengan berpedoman prinsip-prinsip, sebagai berikut:

  1. Prinsip Ketauhidan, program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan perwujudan dari iman, tauhid, dan ibadah kepada Allah.
  2. Prinsip Kerahmatan : hedaknya merupakan penjabaran dan pelaksanakan dari fungsi kerahmatan ajaran Islam.
  3. Prinsip Kekhalifahan : program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan.
  4. Prinsip Kerisalahan : maksudnya Program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan fungsi kerisalahan, yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalm arti yang luas.
  5. Prinsip Kemaslahatan : Program ‘Aisyiyah hendaknya memperhatikan kemaslahatan umum.
  6. Prinsip Rasional dan Keilmuan : bahwa program ‘Aisyiyah direncanakan dan dilaksanakan secara rasional sesuai dengan jiwa ajaran Islam dengan memperhatikan dan memanfaatkan secara proporsional ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan.
  7. Prinsip Kreativitas Lokal Disentralisasi Proposional : perencanaan dan pelaksanaan program ‘Aisyiyah di setiap pimpinan, organisasi otonom, dan amal usaha, disamping mengacu pada program Nasional ‘Aisyiyah, hendaknya disusun dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan permasalahan dan potensi sumber daya lokal, dengan memadukan antara program sentralisasi dan disentralisasi secara seimbang.
  8. Prinsip Fleksibel, Efektif, dan Efisien, pelaksanaan program ‘Aisyiyah hendaknya secar fleksibibel, tepat sasaran, dan memanfaatkan sumber daya dengan efisien.
  9. Visi dan misi ‘Aisyiyah
    1. Visi ‘Aisyiyah

Sejalan dengan visi persyarikatan, ialah bahwa:

  1. Islam membawa rahmat bagi seluruh manusia (rahmatan lil ‘alamin) sehingga tercipta masyarakat yang berbahagia, sejahtera, dan berkeadilan.
  2. Masyarakat yang berbahagia, sejahtera, dan berkeadilan merupakan masyarakat yang ujtama, yaitu masyarakat yang dibina oleh segenap warganya baiok yang pria dan wanitanya secara potensial (mempunyai kemampuan yang penuh) dan fungsional (yang mempunyai fungsi yang penuh) dalam masyarakat.
  3. Masyarakat utama dibentuk dengan menegakkan ajaran agama islam secara istiqamah dan bersikap aktif melalui dakwah amar makruf nahi munkar.
  4. Misi ‘Aisyiyah

Misi ‘Aisyiyah tercakup dalam hal-hal berikut :

  1. Menegakkan dan menyebarluaskan ajaran islam yang didasarkan kepada keyakinan Tauhid yang murni menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasul secara benar.
  2. Mewujudkan kehidupan yang islami dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat luas.
  3. Menggalakkan pemahaman terhadap landasan hidup keagamaan dengan menggunakan akal sehat yang dijiwai oleh ruh berfikir yang islami dalam menjawab tuntutan menyelesikan persoalan kehidupan dalam masyarakat luas.
  4. Menciptakan semangat beramal dengan beramar ma’ruf nahi munkar dan dengan menempatkan potensi segenap warga masyarakat baik yang pria maupun yang wanita dalam mencapai tujuan organisasi.
  5. 2.        Permasalahan Eksteren

Pada permasalahan eksteren (permasalahan di luar) cabang Sukoharjo ada dua permasalahan yaitu :

  1. Memberantas tidak sesuaian dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah
    1. Sumber keuangan ‘Aisyiyah

Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah pasal 36 sumber keuangannya ada beberapa sumber yaitu :

  1. Uang pangkal dan uang iuran

1)   Uang pangkal pendirian organsasi dan uang pangkal anggota ditentukan oleh Pimpinan Pusat.

2)   Uang iuran anggota organisasi ditentukan oleh Musyawarah Cabang, setelah berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah.

  1. Sumbangan Wajib Organisasi (SWO) dibayarkan setahun sekali oleh cabang-cabang. Jumlah dan pembagiannya ditetapkan oleh Tanwir atau Muktamar.
  2. Sumbangan perorangan, yayasan, organisasi, badan usaha milik negara maupun swasta tanpa persyaratan yang mengikat.

Sumber keuangannya tidak hanya dari pemerintah, tetapi dari anggota juga mengeluarkan dana yang cukup banyak. Di ‘Aisyiyah cabang Weru sangat tertib dalam hal keuangan, setiap diadakannya pengajian pasti anggota ‘Aisyiyah menyisihkan uang untuk infaq. Pada saat diadakannya pengajian pasti membutuhkan dana yang cukup banyak, maka anggaran pengajian tersebut dari infaq yang setiap pertemuan.

Pengurus ‘Aisyiyah, anggota-anggota di cabang Weru saling membantu dalam hal dana, banyak dari masyarakatnya yang membuat snack pada saat pengajian. Namun banyak juga kendalanya di cabang Weru yang kurang ada perhatian dari pimpinan pusat dalam hal keuangan, mayoritas di desa Weru masyarakatnya mata pencariannya yaitu petani. Dalam keuangan di desa Weru sebagian kecil kurang dana untuk mengadakan pengajian.

Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah pasal 37 membahas tentang pengelolaan keuangan dan kekayaan yaitu :

  1. Pengelolaan keuangan dalam organisasi dilaksanakan melalui sistem Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) yang ketentuannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
  2. Seluruh kekayaan organisasi, termasuk kekayaan badan pembantu pimpinan, amal usaha pada semua tingkatan, baik yang diperoleh dari hasil pembelian, hibah, wakaf, tukar-menukar, dan lain-lain secara hukum milik Pimpinan Pusat.
  3. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) dibuat setiap tahun oleh pimpinan organisasi masing-masing tingkat sesuai dengan tuntunan pengelolaan yang dibuat oleh Pimpinan Pusat.

Pengawasan organisasi ini pada setiap tingkatan berkewajiban melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi, serta pengelolaan amal usaha minimal satu tahun sekali, ketentuan tentang pengawasan diatur oleh Pimpinan Pusat.

Pada saat pertemuan para pengurus organisasi menyampaikan laporan keuangannya. Pimpinan organisasi bertanggung jawab menyampaikan laporannya, masalah-masalah organisasi, keuangan dan hak milik termasuk laporan badan pembantu pimpinan kepada musyawarah di tingkat organisasi masing-masing.

Badan pembantu pimpinan menyampaikan laporan tahunan kepada pimpinan organisasi.

Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting menyampaikan laporan tahunan masing-masing kepada pimpinan organisasi di atasnya, dan tembusannya disampaikan kepada Pimpinan Muhammadiyah Setingkat.

Pimpinan pusat menyampaikan laporan tahunan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

  1. 3.        Majelis Tarjih Dan Tajdid

Tarjih berasal dari kata ” rojjaha – yurajjihu- tarjihan “, yang berarti mengambil sesuatu yang lebih kuat. Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah : Usaha yang dilakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan ( dua dalil ) yang saling bertentangan, karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya ”

Tarjih dalam istilah persyarikatan, sebagaimana terdapat uraian singkat mengenai ” Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup ‘Aisyiyah ” adalah membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat. Pada tahap-tahap awal, tugas Majlis Tarjih, sesuai dengan namanya, hanyalah sekedar memilih-milih antar beberapa pendapat yang ada dalam Khazanah Pemikiran Islam, yang dipandang lebih kuat. Tetapi, dikemudian hari, karena perkembangan masyarakat dan jumlah persoalan yang dihadapinya semakin banyak dan kompleks , dan tentunya jawabannya tidak selalu di temukan dalam Khazanah Pemikiran Islam Klasik, maka konsep tarjih ‘Aisyah mengalami pergeseran yang cukup signifikan.

  1. Sejarah berdirinya Tarjih

Pada waktu berdirinya Persyarikatan ‘Aisyiyah ini, Majelis Tarjih belum ada, mengingat belum banyaknya masalah yang di hadapi oleh Persyarikatan. Namun lambat laun, seiring dengan berkembangnya Persyarikatan ini, maka kebutuhan-kebutuhan internal Persyarikatan ini ikut berkembang juga, selain semakin banyak jumlah anggotanya yang kadang memicu timbulnya perselisihan paham mengenai masalah-masalah keagamaan, terutama yang berhubungan dengan fiqh. Untuk mengantisipasi meluasnya perselisihan tersebut, serta menghindari adanya peperpecahan antar warga ‘Aisyiyah, maka para pengurus persyarikatan ini melihat perlu adanya lembaga yang memiliki otoritas dalam bidang hukum. Maka diadakannya keputusan konggres, dan berdirilah lembaga tersebut yang disebut Majelis Tarjih ‘Aisyiyah.

  1. Kedudukan dan Tugas Majlis Tarjih dalam Persyarikatan

Majlis Tarjih ini mempunyai kedudukan yang istimewa di dalam Persyarikatan, karena selain berfungsi sebagai Pembantu Pimpinan Persyarikatan, mereka memiliki tugas untuk memberikan bimbingan keagamaan dan pemikiran di kalangan umat Islam Indonesia pada umumnya dan warga persyarikatan ‘Aisyah khususnya.

  1. 4.        Pelaksaaan Program Kerja

Selama kurun waktu 2000 sampai 2005, Majelis Tarjih telah melaksanakan Program Kerja yang ditetapkan meskipun masih ada beberapa item program kerja yang tidak dapat dilaksanakan ataupun tidak sepenuhnya dapat diselenggarakan karena beberapa kendala. Adapun program yang telah ada dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  1. Bidang pengkajian dan pengembangan pemikiran Islam

Menyelenggarakan Kajian Tafsir Al Qur’an dan Hadist tentang Panduan Hidup Islami Warga Muhammadiyah, yaitu berupa kajian tafsir tentang ayat-ayat yang digunakan sebagai dalil dalam buku Panduan Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang dilaksanakan secara insidental yang diikuti oleh Anggota Pimpinan Daerah dan Cabang, Pimpinan Ortom, Guru-guru, Pengelola Amal Usaha dan undangan umum lainnya.

  1.                                        i.            Menyelenggarakan Kajian dan Pengkajian Himpunan Putusan Tarjih berupa Kajian keTarjihan berkenaan dengan permasalahan sedang ada dalam Buku Himpunan Putusan Tarjih dan tema-tema yang sedang terjadi di masyarakat.
  2.                                      ii.            Menyelenggarakan Kajian Islam dan Kemasyarakatan berupa kajian tematik tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat seperti Kajian tentang Tahlilan, Pengobatan Alternatif, Pangan Halal, Liberalisme dan lain-lain. Disamping itu Majelis Tarjih dan PPI juga mengirimkan peserta kajian pada kajian sejenis yang diselenggarakan pada Tingkat Wilayah atau oleh PDM lain.
  3.                                    iii.            Pendalaman Manhaj (Metodologi) Turjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, berupa ikut serta pendalaman manhaj tarjih yang diselenggarakan bersamaan dengan pelaksanaan Muswil Majelis Tarjih dan PPI di tingkat Wilayah Jawa Tengah.
  4. Bidang Fatwa dan Pembinaan Kehidupan Islami
    1.                                        i.            Sosialisasi tuntunan, baik dalam bentuk forum kajian dan penerbitan brosur dan sejenisnya (kerjasama dengan majelis terkait), yaitu berupa kajian dan penerbitan tuntunan ibadah puasa ramadhan, tuntunan idul fitri dan idul adha.
    2. Bidang Kaderisasi
      1.                                        i.            Menghidupkan komunikasi dan kerjasama dengan pondok muhammadiyah dan lembaga pendidikan yang ada di Sukoharjo untuk kegiatan majelis tarjih dan PPI. Yaitu berupa melibatkan personal dan lembaga yang ada di lingkungan muhammadiyah untuk turut mengisi kegiatan kajian LSI UMS. Pondok pesantren Imam Syuhodo, pondok Hj Nuriyah Shabran Kartasura dan Lembaga / Amal usaha muhammadiyah lainnya.
      2.                                      ii.            Melibatkan Kader-Kader Angkatan Muda Muhammadiyah dalam berbagai kegiatan majelis dan lajnah tarjih dan PPI. Yaitu berupa kerjasama penyelenggaraan kegiatan kajian bidang keagamaan/ketarjihan.
      3. Bidang Kelembagaan
        1.                                        i.            Melengkapi dan menerbitkan administrasi dan dokumentasi tarjih dan PPI. Yaitu berupa penerbitan dan dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh majelis tarjih dan PPI selama kurun waktu 2004-2005.
        2.                                      ii.            Pertemuan rutin pimpinan majelis tarjih dan lajnah tarjih. Yaitu berupa pertemuan rutin dan insiden anggota majelis khususnya dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan/kajian. Dan untuk lajnah tarjih belum terbentuk.

Disamping kegiatan tersebut diatas, majelis tarjih dan Lajnah tarjih dan PPI pada tingkat diatasnya, seperti Muswil Majelis Tarjih dan PPI Propinsi Jawa Tengah, kajian keterjihan baik tingkat wilayah maupun nasional dan beberapa kegiatan lain yang terkait yang dilaksanakan oleh lembaga lain di muhammadiyah dan non muhammadiyah.

Adapun program kerja yang belum terlaksana yaitu :

a)      Bidang Fatwa dan Pembinaan Kehidupan Islami

1)      Menyelenggarakan Latihan Pembekalan Panduan Hidup Islami warga Muhammadiyah untuk pimpinan persyarikatan dan pengelola amal usaha.

2)      Menyusun dan menyampaikan fatwa hukum Islam, baik dalam masalah ubudiyah maupun mu’amalah.

3)      Menyusun tuntunan kehidupan spiritual Islami.

b)      Bidang Kaderisasi

1)        Menyelenggarakan Latihan Kader Tarjih (kerjasama dengan majelis tabligh, MPKSDI dan Ortom)

c)      Bidang Kelembagaan

1)   Melengkapi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam dengan lajnah tarjih yang direkrut dari unsur Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Unsur Akademis.

  1. 5.        Kepemimpinan ‘Aisyiyah Dalam Rentang Sejarah Jelang Satu Abad
    1. Nyai Hj.Siti Walidah (Isteri Kyai H. Ahmad Dahlan)

1)   Puteri keempat Kyai Penghulu Haji Muhammad Fadhil

2)   Usia 74 tahun (1872-1946)

3)   Istri K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah

4)   Terpilih memimpin ‘aisyiyah selama 7 periode (1921, 1922, 1923, 1924, 1925, 1926, dan 1930)

5)   Kemajuan ‘Aisyiyah pada masa kepemimpinan Nyai Dahlan al. :

a)      1922, mendirikan Musolla ‘Aisyiyah yang pertama untuk salat jamaah para wanita muslimah, belajar membaca do’a shalat dengan fasih, meluruskan aqidah, tuntutan akhalqul karimah dan mu’amalah dunyawiyyah.

b)      1922, menyerukan semua cabang atau group muhammadiyah membentuk bagian ‘Aisyiyah.

c)      1923, pemberantasan buta huruf Arab dan Latin untuk kaum muda dan kaum tua, yang kemuduan sekolah ‘Aisyiyah Maghribi “Aisyah Maghribi School (AMS)”.

d)     1926, penerbitan majalah resmi ‘Aisyiyah pertama “Suara ‘Aisyiyah”

e)      1930, kursus bahasa indonesia disetiap cabang ‘Aisyiyah, untuk mengembangkan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan, “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa”

f)       1930, membentuk badan pembantu pimpinan : Urusan Siswi Proyo Wanito, Urusan Madrasah (Sek Khusus Putri), Urusan Tabligh (penyiaran agama melalui pengajian, kursus, silaturarahim dll), Urusan Wal ‘Asri (beasiswa bagi putera putri yang melanjutkan ke normal sekolah, mu’allimah), Urusan Adzakirat (mencari dana).

6)      Usaha nyai dalam bidang pendidikan

  1. Menyelenggarakan asrama putri bagi luar anak-anak Yogja.
  2. Aktif membantu kelancaran terselenggaranya sekolah-sekolah puteri.
  3.  Pelopor pemberantasan buta huruf bagi lanjut usia.
  4. Perhatian besar terhadap anak yatim piatu.
    1. Ibu Bariyah
      1. Ketua ‘Aisyiyah pertama
      2. Terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 7 periode (1917, 1918, 1919, 1920, 1927, 1928 dan 1929)
      3. Salah seorang 7 murid Kyai-Nyai H. A. Dahlan
      4. Kepemimpinan Ibu Bariyah, tercatat prestasi mendirikan organisasi ‘Aisyiyah secara resmi berdiri, masih merupakan bagian wanita muhammadiyah, yang bertugas memimpin, membina, dan memelihara anggota muhammadiyah perempuan.
      5. Ibu ‘Aisyah Hilal

1)      terpilih pemimpin ‘aisyiyah selama 7 periode (1931, 1937, 1939, 1940, 1941, 1944, dan 1950). Periodesasi kepemimpinan ‘Aisyiyah sejak berdirinya sampai 1940, satu tahun. Mulai tahun 1941, periodesasi kepemimpinan ‘Aisyiyah 3 tahun. Ibu ‘Aisyah dalam kepemimpinannya yang ke 6 dan ke 7, periodenya 3 tahun. Jadi beliau pemimpin ‘Aisyiyah selama 10 tahun.

2)      Keberhasilan kepemimpinannya yaitu

a)      Siswo Proyo Wanito diganti Nasyiatul ‘Aisyiyah. Pergantian nama tersebut yaitu bermaksud agar hidup subur sebelum ‘Aisyiyah patah dan siap sedia sebagai penerus sebelum yang tua hilang (menghadap Allah).

b)      Pada masa pendudukan Jepang, ada srategi perjuangan dengan mengadakan pengajian biasa tapi juga bergabung dalam Fujingkai, karena madrasah dan sekolah lain tidak boleh aktif, maka madrasah diganti pengajian rutin, Mu’allimat diganti Pengajian Menengah ‘Aisyiyah (PMA), menggerakkan anggotanya bergabung dalam Palang Merah Indonesia, menggerakkan dapur umum.

  1. Ibu Munjiyah

1)      Terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 5 periode (1932, 1933, 1934, 1935, dan 1936).

2)      Beliau salah seorang tokoh Konggres Perempuan Indonesia I, tahun 1928. Pada saat itu beliau berpidato menyampaikan gagasannya tentang “Derajat Perempuan” dengan berapi-api.

  1. Ibu Badillah

1)      Terpilih pemimpin ‘Aisyiyah pada tahun 1938.

2)      Salah seorang diantara 6 murid Kyai-Nyai H. A Dahlan.

  1. Ibu Hayinah

1)      Terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 5 periode/ 15 tahun (1946, 1953, 1956, 1959, dan 1962)

2)       Beliau salah seorang konggres perempuan indonesia I, tahun 1928 yang mewakili ‘Aisyiyah bersama ibu unjiyah. Pada saat itu, beliau berpidato menyampaikan gagasannya tentang “Persatuan Manusia”.

  1. Ibu Baroroh Baried

1)      Prof. DR. Baroroh Baried, terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 5 periode/ 18 tahun (1965, 1968, 1971, 1974, dan 1978).

2)      Beliau juga menjabat Guru Besar pada Fakultas Sastra UGM.

  1. Ibu Elida

1)      Dra. Elida Djazman,terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 3 periode /15 tahun.

2)      Mulai mas beliau, periode kepemimpinan ‘Aisyiyah 5 tahun.

3)      Prestasi yang diraih selama masa ibu Elida yaitu biro kaderisasi diganti dengan Badan Pembinaan Kader yang memikirkan kaderisasi ‘Aisyiyah yang operasional dari pusat sampai cabang.

  1. Ibu Chamamah

1)      Prof. DR. Siti Chamamah Soeratno, terpilih memimpin ‘aisyiyah selama 2 periode, yaitu Muktamar Jakarta dan sekarang terpilih pada Muktamar ke 45 di Malang.

2)      Beliau sebagai guru besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM.

  1. Dra. Noordjannah Djohantini, M.M, M. Si

1)      Terpilih memimpin ‘Aisyiyah pada Muktamar ‘Aisyiyah ke 46 di Yogyakarta (Muktamar jelang satu abad ‘Aisyiyah) periode 2010-2015.

2)      Masuk dalam jajaran piminan pusat muhammadiyah periode 2010-2015, sebagai Ketua yang membidangi Perempuan dan Anak.

3)      Program refitalisasi

  1. C.    Kegiatan-kegiatan ‘Aisyiyah

Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana tersebut ‘Aisyiyah telah banyak amal usaha di bidang :

  1. Pendidikan
  2. Kewanitaan
  3. PKK
  4. Kesehatan
  5. Organisasi wanita

Pimpinan pusat ‘Aisyiyah berusaha memberi didikan di kalangan wanita islam untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur, memberikan bimbingan perkawinan dan kerumah tanggaan, tanggung jawab istri didalam dan diluar rumah tangga, memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia,memberikan bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam dan sebagainya. Sedangkan di desa Weru ada yang mendirikan PAUD, TK, SD. Di desa Weru TK yang sudah didirikan sebanyak 22, di TK tersebut jumlah guru pembimbingnya sebanyak 55 orang.

Dismping itu, di desa Weru juga diadakan pengajian setiap hari minggu (ahad pon). Untuk mengadakan pengajian tersebut ditempat yang mampu, secara bergilir. Awal  diadakannya pengajian secabang di Karamgwojo, yang datang untuk menghadiri pengajian tersebut sebanyak 200-300 orang. Pengurus pengajian harus mencari orang yang mubaleq, setiap bulan Ramadhan minimal yang hadir dalam pengajian yaitu 2000 lebih, Mereka yang datang di PHI di desa Grogol. Setiap diadakannya pengajian di bulan Ramadhan selalu di siarkan di salah satu radio di setiap desa yang selalu menghadiri pengajian tersebut. Isi dalam pengajian tersebut diberikan semangat untuk menjalankan ibadah.

 

BAB III

PENUTUP

  1. 1.      Kesimpulan
    1. Bahwa dalam pelaksanaan program kerja Majelis Tarjih dan PPI di dukung oleh beberapa potensi atau faktor pendukung yang melingkupi pelaksanaan kegiatan/program kerja, antara lain :
      1. Kualitas SDM anggota majelis yang telah sesuai dengan bidang garapan majelis, hal ini sangat mendukung terselenggaranya beberapa kegiatan/program kerja.
      2. Adanya sarana dan prasarana yang relatif cukup mendukung terselenggarakannya kegiatan, misalnya tempat perlengkapannya, dan tersedianya sarana pendukung lainnya.
      3. Adanya dukungan moril dan materiil dari PDM yang relatif mencukupi untuk pelaksanaan kegiatan.
      4. Terwujudnya kerjasama yang baik dalam intern anggota majelis, dan kerjasama yang baik dengan anggota Pimpinan Daerah, majelis lain dan ortom serta amal usaha di lingkungan Muhammadiyah.
      5. Terwujudnya kerjasama yang baik dengan lembaga lain di lingkungan Muhammadiyah juga lembaga lain di luar Muhammadiyah.
      6. Bahwa dalam pelaksanaan program kerja Majelis Tarjih dan PPI juga dihadapkan dengan berbagai hambatan dan kendala yaitu antara lain:
        1. Kurang optimalnya anggota majelis dalam berkiprah dalam kegiatan majelis karena kesempatan yang dimiliki relatif kurang.
        2. Kegiatan rangkap yang dilakukan anggota majelis pada kegiatan lain menyebabkan kurang optimalnya kinerja anggota majelis dalam menyelenggarakan kegiatan/program kerja majelis.
        3. Kurangnya atensi/keikutsertaan warga Muhammadiyah dalam mengikuti kegiatan majelis tarjih, khususnya kajian rutin ketarjihan yang disebabkan oleh adanya kegiatan lain.
        4. Pada pengurus ‘Aisyiyah secabang Weru mengadakan pertemuan dan membahas semua permasalahan pada ‘Aisyiyah. Pertemuannya tidak hanya di ranting Weru saja, tetapi setiap ada pertemuan selalu berpindah-pindah tidak hanya di satu tempat saja. Pada pertemuan tersebut selalu hadir para pimpinan cabang ‘Aisyiyah dan masing-masing anggota tiap ranting Sukoharjo. Alhamdulillah para pengurus ‘Aisyiyah di Sukoharjo dapat berkumpul dan pengurus-pengurusnya dapat berjalan dengan baik, tidak ada kendala-kendala yang dihadapi pada permasalahan pengurus ‘Aisyiyah.
        5. Sumber keuangannya tidak hanya dari pemerintah, tetapi dari anggota juga mengeluarkan dana yang cukup banyak. Di ‘Aisyiyah cabang Weru sangat tertib dalam hal keuangan, setiap diadakannya pengajian pasti anggota ‘Aisyiyah menyisihkan uang untuk infaq. Pada saat diadakannya pengajian pasti membutuhkan dana yang cukup banyak, maka anggaran pengajian tersebut dari infaq yang setiap pertemuan. Pengurus ‘Aisyiyah, anggota-anggota di cabang Weru saling membantu dalam hal dana, banyak dari masyarakatnya yang membuat snack pada saat pengajian.
  1. 2.      Saran
  2. Pemerintah supaya membantu sedikit dengan masalah dana dalam organisasi ‘Aisyiyah.
  3. Organisasi ‘Aisyiyah di cabang Weru supaya mengadakan pengajian disetiap miggunya, agar ‘Aisyiyah selalu berjalan dengan hikmah dan menjadi keluarga ‘Aisyiyah yang lebih tentram,rukun,tanpa ada perbedaan dalam penafsiran agama Islam.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan

file:///C:/Users/Se7en_Ultimate/Documents/preview.html

PP. ‘Aisyiyah, Muhaddimah Anggaran Dasar ‘Aisyiyah.

, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan ‘Aisyiyah.

, Tanfidz Keputusan Muktamar ‘Aisyiyah ke 44 di Jakarta, tanggal 6-9 Rabi’ul Akhir 1421 H / 8-11 Juli 2000 M. Tentang Visi dan Misi ‘Aisyiyah,

, Tanfidz Keputusan Muktamar ‘Aisyiyah ke 45 di Malang.

Leave a comment »

This Day

alhamdulilah hari ini selesai ujian workshop

semoga bisa mendapat nilai yang memuaskan. amin

Leave a comment »